Kita mohon izin dan keridhoan Allah, niat membentengi diri sendiri serta seluruh penghuni rumah ini dari segala sesuatu yang bersifat negatif yang berasal dari mahluk kasar maupun makhluk halus, saat kita sadar maupun saat tidak sadar.
Mata dipejamkan, ujung lidah dilipat ke atas. Tarik nafas perlahan-lahan sambil dalam hati mengucapkan HU atau asma Allah berulang-ulang, seolah-olah Dzat Allah memasuki tubuh kita melalui pusat atau ubun-ubun, sampai rongga dada terasa penuh. Kemudian keluarkan nafas perlahan-lahan sambil mengucapkan Asma Allah, seolah-olah Dzat Allah keluar melalui pusat atau melalui lubang hidung untuk membentengi diri kita searah jarum jam, membentuk LINGKARAN PAGAR IMAGINER DARI LAFAD (DZAT) ALLAH lapisan pertama. Kemudian kita buat benteng lingkaran spiral imaginer Dzat Allah kearah vertikal (ke atas) seperti selubung silinder, dengan alas seluas lingkaran yang kita buat. Seberapa tingginya, ini juga terserah kita, bisa 1 meter atau lebih. Kemudian benteng silinder tersebut bagian atasnya kita tutup dengan membentuk tutup seperti lingkaran spiral obat nyamuk yang semakin ke tengah semakin mengecil atau seperti bentuk kerucut. Sampai di titik tengah, di puncak kerucut, kemudian kita membuat poros ke bawah ke arah ubun-ubun kita. Dengan tata cara seperti di atas, kita bisa membuat benteng keikhlasan lapisan kedua, ketiga dan seterusnya sampai seluas pekarangan rumah, untuk melindungi seluruh penghuninya, itu terserah kita.
Setelah selesai membentengi diri sendiri serta seluruh penghuni rumah, selanjutnya kita mulai melakukan dzikir-meditasi dengan penuh keheningan dan keikhlasan.
NIAT DZIKIR :
Nawaitu dzikullaahi ta’ala. Hamba niat dzikrullah
Al jasadu kiblatul qolbi Jasad saya menghadap ke hati
Wa qolbi kiblatur ruuhi Hati saya menghadap ke ruh
Wa ruuhi kiblatullaahi Ruuh saya menghadap ke Allah
Allahu Akbar Allahu Akbar
SELANJUTNYA :
Mata dipejamkan, ujung lidah dilipat ke atas menyentuh langit-langit. Berarti kita telah menghubungkan kabel generator bio-elektrik Energi Kundalini yang ada di dalam tubuh kita, serta menutup seluruh panca indera dan menutup seluruh tubuh kita ( menutup sembilan pintu ). Dengan perkataan lain kita telah mematikan seluruh jasmani kita. Kita menutup kitab diri. Kita mulai hening, kosongkan hati dan pikiran, jangan mengingat apapun selain mengingat Allah, dalam hati hanya ada Allah. Energi Kundalini akan naik dari arah perineum ke tulang ekor menyusuri tulang belakang, naik ke atas kepala terus ke depan, turun kebawah melalui perineum dan seterusnya. Bila ujung lidah terlepas dari langit-langit, maka putaran energi tersebut akan terhenti. Putaran bio-elektrik tersebut semakin lama akan semakin cepat dan semakin luas serta semakin tinggi mencapai Arasy. Pada saat kita mencapai puncak meditasi, terjadilah trans mistik atau terjadi ekstase. Kita larut atau lebur atau fana menurut istilah Al Gazali atau samadi menurut orang Hindu. Bila otak kita direkam saat ekstase gelombangnya adalah gelombang Theta dengan frekuensi rendah sekitar 4 - 7 Hz, getaran medan energinya besar, terjadi saat antara terjaga dan tidur. Pada saat tidur gelombangnya adalah Delta, frekuensinya antara 0 - 3 Hz, getaran medan energinya rendah.
Dari segi medis ujung lidah yang menempel pada langit-langit akan merangsang ujung sarap di daerah dasar tenggkorak ( sela tursika ). Rangsangan tersebut akan merangsang kelenjar-kelenjar hormonal Hypofisis, Hypothalamus, Thalamus dan Pineal yang berada di atasnya untuk bersekresi. HGH ( Hormon pertumbuhan ) akan meningkat, sehingga tampak wajah mereka menjadi lebih segar, lebih bercahaya. Daya kekebalan tubuh dan sel T ( sel anti kanker ) juga akan meningkat. Dari kelenjar Pineal akan keluar Endomorphin dan Melatonin yang mengakibatkan terjadinya relaksasi yang dalam dan terjadinya Ektase.
Dengan menempelkan ujung lidah ke langit-langit berarti seolah-olah kita menyebut Asma Allah secara berkesinambungan tanpa terputus. Selain itu, dengan ujung lidah tersebut kita mengukir Asma Allah pada langit-langit, sehingga bila saatnya tiba dimana kita tidak sanggup lagi mengucapkan Asma Allah, maka cukup dengan menempelkan ujung lidah kita pada ukiran tersebut berarti kita eling, ingat kepada Allah dan bila kemudian kita meninggal, kita meninggal dalam keadaan muslim. Meninggal dalam keadaan berserah diri kepada Allah.
Jadi apapun agamanya dzikir–meditasi adalah jalan yang terdekat menuju Tuhan, terserah kita menyeru Tuhan dengan Nama apa saja yang baik-baik.
Mulailah dengan menarik nafas perlahan-lahan dan keluarkan pula dengan perlahan-lahan, santai, senyum dan pasrah tanpa beban apapun. Ulangi cara pernafasan tersebut 3-4 kali, tergantung keinginan kita, sambil merasakan semua otot-otot dari mulai ujung kaki sampai seluruh tubuh, menjadi rileks, kemudian rasakan pikiran kitapun menjadi rileks, selanjutnya kita rasakan seluruh tubuh dan pikiran menjadi rileks. Jangan mengingat apa-apa lagi selain mengingat Allah.
Ucapkan dalam hati laa ilaha ilallah 165 kali dengan cara sebagai berikut : LAAAA…dari pusat ke kepala menembus 7 petala langit … semua tiada kecuali Allah, kemudian : ILAHA ke dada kanan ILALLAAH ke dada kiri , ditutup dengan SAYYIDINA MUHAMMADUROSULULLAAH S.A.W. 1 kali.
Selanjutnya pernafasan tetap seperti biasa diatur dengan tenang, setiap menarik dan mengeluarkan nafas, di dalam hati hanya mengucapkan Asma Allah … Allah … Allah … berulang-ulang tanpa batas hitungan. Yang diperhatikan hanya keluar masuknya nafas dan Asma Allah agar pikiran kita tidak mengembara kemana-mana.
Tarik nafas perlahan-lahan tanpa terlihat adanya gerakan pernafasan, santai, rileks, sambil dalam hati mengucapkan Asma Allah … Allah … Allah seolah-olah Dzat Allah masuk melalui pusat sampai rongga dada terasa penuh. Turunkan diapragma dengan cara mengempiskan rongga dada dan mengembangkan rongga perut. Tahan napas sebentar kemudian hembuskan perlahan-lahan. Demikian seterusnya, sampai semampu kita. Yang kita perhatikan hanya sekedar keluar masuknya nafas, serta dzikrullah yang berkesinambungan agar otak tidak memikirkan hal lain, otak bisa santai dan beristirahat dari segala keruwetan hidup, maka pasrahlah kepada Allah … bukan berkonsentrasi. Semakin kita berusaha berkonsentrasi, otak kita akan bekerja semakin keras. Biarkan segalanya terjadi secara alami, bagaikan air yang mengalir. Santai, senyum dan pasrah kepada Allah.
Dzikir dengan cara seperti di atas dilakukan tanpa batas hitungan, sebagai patokan awal lakukanlah secara bertahap selama 10 menit, kemudian 20 menit sampai 30 menit, bahkan sampai 150 menit, semampu dan seikhlas kita. Karena yang dinilai bukan sekedar jumlah dan lamanya akan tetapi keikhlasan mengerjakannya, sampai dunia sekitarnya (Wahidiiyyah) lambat laun tidak dirasakan lagi keberadaannya. Daya konsentrasi secara alami dengan sendirinya mulai meningkat, karena keseluruhan otot dan pikiran menjadi rileks. Selanjutnya secara bertahap kita mulai memasuki alam bawah sadar, mulai masuk kedalam SIR atau masuk ke dalam kesadaran kosmis, memasuki suasana samadi, suasana fana, suasana dimana kita dan alam sekitarnya terasa sangat hening. Kita merasa lebur dan larut dengan alam.
Pada tahapan ini mulai tampak Alam Wahdah, dunia dan sekitarnya tidak tampak lagi, di dalam qolbu (hati) hanya ada Allah … Allah … Allah … tidak ada yang lain. Naumi aini wa laa naumi qolbi, matanya tertutup tapi hatinya melek.
Pada tahapan ini tidak ada perbedaan lagi antara terjaga dan tidur, tak ada perbedaan lagi antara hidup dan mati. Dalam kekosongan ada isi. Tuhan akan memperlihatkan keindahanNya (sifat Jamal Nya). Itulah kasyaf menurut Al Gazali.
Sekali lagi jangan memaksa Allah, setiap kali kita memohon kepada Allah, harus selalu kita serahkan kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa serta Maha Mengetahui yang terbaik untuk hambaNya. Setelah berserah diri, kemudian kita akhiri dengan dzikir - meditasi, jangan fikirkan apa-apa lagi. Pasrahkan hati kita sepenuhnya kepada Allah, biarkan “Tangan” Allah yang bekerja, maka Allah akan berkenan memberikan petunjuk Nya, memberikan pertolongannya kepada kita.
Tata cara di atas adalah merupakan etika atau sopan santun kita pada saat kita melakukan permohonan langsung kepada Allah tanpa perantara.
Setelah kita selesai mengerjakan dzikir - meditasi maka sebagai penutup :
1.Baca do’a kunci (1 s/d 4) 1 kali
2.Baca Surat Al Fatihah 1 kali.
3.Sodaqollahul adzim. Maha Benar Tuhan dengan segala FirmanNya.
Mata dipejamkan, ujung lidah dilipat ke atas. Tarik nafas perlahan-lahan sambil dalam hati mengucapkan HU atau asma Allah berulang-ulang, seolah-olah Dzat Allah memasuki tubuh kita melalui pusat atau ubun-ubun, sampai rongga dada terasa penuh. Kemudian keluarkan nafas perlahan-lahan sambil mengucapkan Asma Allah, seolah-olah Dzat Allah keluar melalui pusat atau melalui lubang hidung untuk membentengi diri kita searah jarum jam, membentuk LINGKARAN PAGAR IMAGINER DARI LAFAD (DZAT) ALLAH lapisan pertama. Kemudian kita buat benteng lingkaran spiral imaginer Dzat Allah kearah vertikal (ke atas) seperti selubung silinder, dengan alas seluas lingkaran yang kita buat. Seberapa tingginya, ini juga terserah kita, bisa 1 meter atau lebih. Kemudian benteng silinder tersebut bagian atasnya kita tutup dengan membentuk tutup seperti lingkaran spiral obat nyamuk yang semakin ke tengah semakin mengecil atau seperti bentuk kerucut. Sampai di titik tengah, di puncak kerucut, kemudian kita membuat poros ke bawah ke arah ubun-ubun kita. Dengan tata cara seperti di atas, kita bisa membuat benteng keikhlasan lapisan kedua, ketiga dan seterusnya sampai seluas pekarangan rumah, untuk melindungi seluruh penghuninya, itu terserah kita.
Setelah selesai membentengi diri sendiri serta seluruh penghuni rumah, selanjutnya kita mulai melakukan dzikir-meditasi dengan penuh keheningan dan keikhlasan.
NIAT DZIKIR :
Nawaitu dzikullaahi ta’ala. Hamba niat dzikrullah
Al jasadu kiblatul qolbi Jasad saya menghadap ke hati
Wa qolbi kiblatur ruuhi Hati saya menghadap ke ruh
Wa ruuhi kiblatullaahi Ruuh saya menghadap ke Allah
Allahu Akbar Allahu Akbar
SELANJUTNYA :
Mata dipejamkan, ujung lidah dilipat ke atas menyentuh langit-langit. Berarti kita telah menghubungkan kabel generator bio-elektrik Energi Kundalini yang ada di dalam tubuh kita, serta menutup seluruh panca indera dan menutup seluruh tubuh kita ( menutup sembilan pintu ). Dengan perkataan lain kita telah mematikan seluruh jasmani kita. Kita menutup kitab diri. Kita mulai hening, kosongkan hati dan pikiran, jangan mengingat apapun selain mengingat Allah, dalam hati hanya ada Allah. Energi Kundalini akan naik dari arah perineum ke tulang ekor menyusuri tulang belakang, naik ke atas kepala terus ke depan, turun kebawah melalui perineum dan seterusnya. Bila ujung lidah terlepas dari langit-langit, maka putaran energi tersebut akan terhenti. Putaran bio-elektrik tersebut semakin lama akan semakin cepat dan semakin luas serta semakin tinggi mencapai Arasy. Pada saat kita mencapai puncak meditasi, terjadilah trans mistik atau terjadi ekstase. Kita larut atau lebur atau fana menurut istilah Al Gazali atau samadi menurut orang Hindu. Bila otak kita direkam saat ekstase gelombangnya adalah gelombang Theta dengan frekuensi rendah sekitar 4 - 7 Hz, getaran medan energinya besar, terjadi saat antara terjaga dan tidur. Pada saat tidur gelombangnya adalah Delta, frekuensinya antara 0 - 3 Hz, getaran medan energinya rendah.
Dari segi medis ujung lidah yang menempel pada langit-langit akan merangsang ujung sarap di daerah dasar tenggkorak ( sela tursika ). Rangsangan tersebut akan merangsang kelenjar-kelenjar hormonal Hypofisis, Hypothalamus, Thalamus dan Pineal yang berada di atasnya untuk bersekresi. HGH ( Hormon pertumbuhan ) akan meningkat, sehingga tampak wajah mereka menjadi lebih segar, lebih bercahaya. Daya kekebalan tubuh dan sel T ( sel anti kanker ) juga akan meningkat. Dari kelenjar Pineal akan keluar Endomorphin dan Melatonin yang mengakibatkan terjadinya relaksasi yang dalam dan terjadinya Ektase.
Dengan menempelkan ujung lidah ke langit-langit berarti seolah-olah kita menyebut Asma Allah secara berkesinambungan tanpa terputus. Selain itu, dengan ujung lidah tersebut kita mengukir Asma Allah pada langit-langit, sehingga bila saatnya tiba dimana kita tidak sanggup lagi mengucapkan Asma Allah, maka cukup dengan menempelkan ujung lidah kita pada ukiran tersebut berarti kita eling, ingat kepada Allah dan bila kemudian kita meninggal, kita meninggal dalam keadaan muslim. Meninggal dalam keadaan berserah diri kepada Allah.
Jadi apapun agamanya dzikir–meditasi adalah jalan yang terdekat menuju Tuhan, terserah kita menyeru Tuhan dengan Nama apa saja yang baik-baik.
Mulailah dengan menarik nafas perlahan-lahan dan keluarkan pula dengan perlahan-lahan, santai, senyum dan pasrah tanpa beban apapun. Ulangi cara pernafasan tersebut 3-4 kali, tergantung keinginan kita, sambil merasakan semua otot-otot dari mulai ujung kaki sampai seluruh tubuh, menjadi rileks, kemudian rasakan pikiran kitapun menjadi rileks, selanjutnya kita rasakan seluruh tubuh dan pikiran menjadi rileks. Jangan mengingat apa-apa lagi selain mengingat Allah.
Ucapkan dalam hati laa ilaha ilallah 165 kali dengan cara sebagai berikut : LAAAA…dari pusat ke kepala menembus 7 petala langit … semua tiada kecuali Allah, kemudian : ILAHA ke dada kanan ILALLAAH ke dada kiri , ditutup dengan SAYYIDINA MUHAMMADUROSULULLAAH S.A.W. 1 kali.
Selanjutnya pernafasan tetap seperti biasa diatur dengan tenang, setiap menarik dan mengeluarkan nafas, di dalam hati hanya mengucapkan Asma Allah … Allah … Allah … berulang-ulang tanpa batas hitungan. Yang diperhatikan hanya keluar masuknya nafas dan Asma Allah agar pikiran kita tidak mengembara kemana-mana.
Tarik nafas perlahan-lahan tanpa terlihat adanya gerakan pernafasan, santai, rileks, sambil dalam hati mengucapkan Asma Allah … Allah … Allah seolah-olah Dzat Allah masuk melalui pusat sampai rongga dada terasa penuh. Turunkan diapragma dengan cara mengempiskan rongga dada dan mengembangkan rongga perut. Tahan napas sebentar kemudian hembuskan perlahan-lahan. Demikian seterusnya, sampai semampu kita. Yang kita perhatikan hanya sekedar keluar masuknya nafas, serta dzikrullah yang berkesinambungan agar otak tidak memikirkan hal lain, otak bisa santai dan beristirahat dari segala keruwetan hidup, maka pasrahlah kepada Allah … bukan berkonsentrasi. Semakin kita berusaha berkonsentrasi, otak kita akan bekerja semakin keras. Biarkan segalanya terjadi secara alami, bagaikan air yang mengalir. Santai, senyum dan pasrah kepada Allah.
Dzikir dengan cara seperti di atas dilakukan tanpa batas hitungan, sebagai patokan awal lakukanlah secara bertahap selama 10 menit, kemudian 20 menit sampai 30 menit, bahkan sampai 150 menit, semampu dan seikhlas kita. Karena yang dinilai bukan sekedar jumlah dan lamanya akan tetapi keikhlasan mengerjakannya, sampai dunia sekitarnya (Wahidiiyyah) lambat laun tidak dirasakan lagi keberadaannya. Daya konsentrasi secara alami dengan sendirinya mulai meningkat, karena keseluruhan otot dan pikiran menjadi rileks. Selanjutnya secara bertahap kita mulai memasuki alam bawah sadar, mulai masuk kedalam SIR atau masuk ke dalam kesadaran kosmis, memasuki suasana samadi, suasana fana, suasana dimana kita dan alam sekitarnya terasa sangat hening. Kita merasa lebur dan larut dengan alam.
Pada tahapan ini mulai tampak Alam Wahdah, dunia dan sekitarnya tidak tampak lagi, di dalam qolbu (hati) hanya ada Allah … Allah … Allah … tidak ada yang lain. Naumi aini wa laa naumi qolbi, matanya tertutup tapi hatinya melek.
Pada tahapan ini tidak ada perbedaan lagi antara terjaga dan tidur, tak ada perbedaan lagi antara hidup dan mati. Dalam kekosongan ada isi. Tuhan akan memperlihatkan keindahanNya (sifat Jamal Nya). Itulah kasyaf menurut Al Gazali.
Sekali lagi jangan memaksa Allah, setiap kali kita memohon kepada Allah, harus selalu kita serahkan kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa serta Maha Mengetahui yang terbaik untuk hambaNya. Setelah berserah diri, kemudian kita akhiri dengan dzikir - meditasi, jangan fikirkan apa-apa lagi. Pasrahkan hati kita sepenuhnya kepada Allah, biarkan “Tangan” Allah yang bekerja, maka Allah akan berkenan memberikan petunjuk Nya, memberikan pertolongannya kepada kita.
Tata cara di atas adalah merupakan etika atau sopan santun kita pada saat kita melakukan permohonan langsung kepada Allah tanpa perantara.
Setelah kita selesai mengerjakan dzikir - meditasi maka sebagai penutup :
1.Baca do’a kunci (1 s/d 4) 1 kali
2.Baca Surat Al Fatihah 1 kali.
3.Sodaqollahul adzim. Maha Benar Tuhan dengan segala FirmanNya.
subhanallah semoga menjadi amsl dan ibadahnya. mohon info. ini tarekat apa dan sabadnya dari mana . sukron. wasalam
BalasHapus