Tatkala AKU (KAMI) berada di dalam Rasa Anhum (Rasa Kalian), realitas Ku (KAMI) adalah insan. Yang menjadi saksi adalah NUUR ADAM (NURUL INSAN). AKU dimanifestasikan dalam Panca Indera.
Bila panca indera ditutup, jasmani dan dunia sekitarnya jadi tidak tampak lagi, Insan berada dalam kesadaran KOSMIK (SIR), pangrungu jadi rungu, pangambu jadi ambu, paningal jadi tingal, pangucap jadi ucap, pangrasa jadi rasa, usik sajeroning ati, obah sajeroning rasa (semua pembicaraan, semua gerakan berada di dalam qolbu, berada di dalam SIR).
Pada tahap ini AKU (KAMI) berada di dalam Rasa Anha (Rasa Kami, Rasa Kita). Yang menjadi saksi adalah NUUR MUHAMMAD. Lambat laun Nuur Muhammad akan sirna. Rungu, ambu, tingal, ucap dan rasa sudah tidak dirasakan lagi, yang ada hanya Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Ku (Kami).
Yang menjadi saksi adalah NUURULLAH …
Selanjutnya Dzat, Sifat, Af’al, Asma Gulung ( Manunggal ) … ALLAH NAMANYA
Sesuai dengan Hadits : AKU AHMAD TANPA MIM… (AKU AHAD)…
Catatan dari Alm. Bapak Mulhari Cikarang tersebut di atas, adalah merupakan kata-kata sandi bagi mereka akan melakukan latihan dzikir atau bermeditasi.
Dzikir atau Meditasi adalah mengosongkan pikiran sambil mengulang-ngulang nama Tuhan, untuk membersihkan hati dan menjernihkan pikiran.
Kita baru akan mengerti dan memahami kata-kata sandi tersebut manakala pada saat latihan tersebut, kita bisa mencapai tingkatan kekhusuan yang maksimal, kita pernah mencapai titik puncak tahapan meditasi, katakanlah kita mencapai tahap ekstase karena kita pasrah. Pada saat tersebut kita merasakan keheningan alam di sekitar kita, kita merasakan bahwa kita menyatu dengan keheningan tersebut, dada kita terasa plong, lapang, pikiran menjadi tenang. Dari segi ilmu kedokteran, hal ini mungkin karena adanya pengaruh hormon-hormon, terutama hormon endorfin dan melatonin yang bekerja secara optimal.
Bagi pemula pencapaian ekstase tersebut entah terjadi pada hari keberapa, apakah pada hari ke 7 atau setelah hari ke 40, kita tidak mengetahuinya. Puncak ekstase tersebut mungkin terjadi hanya dalam waktu sepersejuta detik, seperti halnya bukaan rana kamera foto yang walaupun terjadi dalam waktu yang sangat singkat namun, permohonan kita sudah terekam, sudah ada dalam “Catatan Allah”.
Bagi para sesepuh yang jam terbangnya sudah tinggi tentu, suasana meditasi atau ekstase bisa dicapai setiap saat dengan mudah, karena sudah terbiasa. Oleh karena itu do’a mereka sangat mudah sekali dikabulkan Allah.
Dengan seringnya kita melakukan permohonan kepada Allah dengan tata cara seperti tersebut di atas, maka rasa percaya diri kita akan bertambah, dengan sendirinya keimanan kita kepada Allah pun akan meningkat tahap demi tahap, sesuai dengan pengalaman bathiniah kita. Tujuan atau niat kita terkabul, keimananpun bertambah.
Dengan demikian, maka kata-kata sandi tersebut di atas akan terpecahkan manakala kita melakukan perjalanan pendakian bertahap mulai dari alam insan, alam ajsam, alam mistal, alam arwah, memasuki tahapan wahidiiyyah, wahdah dan akhirnya tenggelam dalam lautan Ahadiiyyah yang tenang dan tenteram. Musnah ke-aku-annya, tenggelam dalam Tuhannya. Itulah jiwanya shalat menurut JALALUDDIN RUMI. Fana menurut Al Ghazali. Samadi menurut orang Hindu.
Sebagaimana halnya sebutir pasir yang tenggelam dalam perut gunung. Si butir pasir akan berkata : Aku adalah Gunung. Manakala dia kembali, menyadari dirinya sendiri berada diluar gunung, maka dia akan berkata : DIA adalah GUNUNG …. Itulah yang disebut mi’raj …
Alm. Bapak MULHARI pernah juga memberikan wejangan sebagai berikut : Jangan hanya sekedar mencari dan mengenal diri pribadi, tapi carilah NUR NYA ALLAH dan harus benar menempatkannya. Wejangan ini merupakan kelanjutan dari wejangan-wejangan sebelumnya, dimana sebelumnya beliau menjelaskan bahwa :
Sesungguhnya Al Qur’an itu diringkas menjadi Al Fatihah,
Al Fatihah kemudian diringkas menjadi BASMALLAH,
Basmallah kemudian diringkas menjadi lafad ALLAH,
Lafad Allah diringkas menjadi TASYDID di atas huruf LAM AKHIR,
Tasydid (trisula, titik tiga) diringkas menjadi ALIF,
Alif hakikatnya adalah TITIK HURUF BA dalam Basmallah.
Tasydid yang berbentuk seperti trisula atau disebut juga sebagai titik tiga di atas huruf Lam Akhir adalah merupakan simbolisasi Tri Tunggal dari konsep tanuzzulat, mulai dari : Ahadiiyyah, Wahdah dan Wahidiiyyah sebagai penjabaran dari Alif Lam Mim : ALLAH, NUR MUHAMMAD, INSAN (ADAM), atau Allah, Utusan Allah,dan Muhammad ( insan, hamba). Allah, Alam Semesta dan Manusia yang akhirnya akan kembali lagi kepada ALLAH (ALIF) … lautan Ahadiiyyah … yang tenang dan tenteram, yang luas tanpa batas….
Sebagai Alif, apabila ditempatkan dimanapun, baik di depan, di tengah maupun di belakang, dia akan tetap tegak, tetap ajeg, sebagai gambaran keimanan seseorang yang telah mencapai pencerahan jiwa, dia akan tetap konsisten, istiqomah, dia tidak peduli akan kedudukan duniawi. Dia telah menemukan jati dirinya sebagai seorang hamba dengan segala kelemahannya serta tidak memiliki daya apapun kecuali hanya Allah Yang Maha Kuasa atas segalanya. Dia sudah tenggelam dalam Tuhan.
Hakikat atau esensi Alif adalah titik, sebagaimana titik huruf Ba dalam BASMALLAH. Titik ini merupakan titik cahaya pertama ( Nur Muhammad ) setelah Allah dengan Kudrat dan Iradatnya serta melalui sifat kalamnya bersabda : KUN (JADILAH) maka FAYAKUN (JADILAH). Dari satu titik menjadi banyak titik, menjadi alam semesta serta seluruh ciptaan-Nya :
ALAM TARO ILLAA ROBBIKA KAIFA MADDAZHZHILLA : APAKAH KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN TUHAN MEMANJANGKAN BAYANG-BAYANGNYA. (AL FURQON 25 : 36).
Oleh karena itu bila kita ingin mengenal Allah atau ingin mengenal sesama makhluk Allah, mulailah melakukan pendekatan dengan Basmallah, yang essensinya atau hakikatnya adalah Rahman dan Rahim. Kasih Sayang adalah rahasia Allah. Kasih Sayang adalah Allah. Bila kita ingin mengerti dan ingin menghayati makna Basmallah atau rahasia Kasih Sayang Allah, maka pelajarilah Al Fatihah. Bila kita ingin mengetahui dan ingin memahami Al Fatihah, maka pelajarilah serta hayatilah Al Qur’an; minimal mengerti makna terjemahan secara harfiahnya.
Bila kita mengerti makna harfiahnya dari Al Qur’an, maka secara minimal ada 4 pelajaran yang bisa kita peroleh dan kita hayati, yaitu :
1. PERINTAH DAN LARANGAN,
2. RIWAYAT PARA ROSUL,
3. PERINTAH BERFIKIR ATAU BERIJTIHAD
4. JIHAD FI SABILILLAH.
Perintah dan larangan Allah adalah merupakan norma-norma dalam kehidupan atau etika kita bermasyarakat termasuk tata cara kita beribadah kepada Allah, sehingga tercipta suatu peradaban masyarakat yang madani.
Riwayat para Rasul terutama Muhammad SAW adalah merupakan suri tauladan bagi kita semua agar lebih mantap dalam beribadah kepada Allah, bagaimana melaksanakan perintah Allah serta bagaimana menghindarkan larangan-Nya. Kemudian perintah Allah agar kita berfikir, berfikir dan berfikir, agar kita mempunyai keyakinan yang mandiri, agar kita berijtihad, bukan kata orang lain, katanya dan katanya seperti orang buta hanya sekedar mendengar pendapat orang lain, belum pernah merasakan dan membuktikan sendiri. Bila kita mempunyai kayakinan yang mandiri tentang Allah, maka kita bisa melaksanakan jihad fi sabilillah, berjuang di jalan Allah dengan mantap tanpa keraguan sedikitpun. Hakikat dari jihad fi sabilillah adalah KEIKHLASAN… Ternyata keikhlasan ini merupakan penjabaran dari RAHMAN DAN RAHIM dalam kalimah Basmallah yang harus kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi ajaran Al Qur’an itu diawali dan diakhiri dengan Basmallah. Setiap kita hendak melakukan sesuatu awalilah dengan basmallah, dengan kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan yang tulus dengan tujuan untuk memberi rahmat kepada seluruh alam semesta, niscaya Allah pun akan melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita … Bila hablumminanas kita baik maka hablumminallah kita pun akan baik juga…
JADI KITA DIBERI TUGAS SEBAGAI HALIFAH DAN SEBAGAI WALI ALLAH DI MUKA BUMI DIAWALI DENGAN BASMALLAH UNTUK MEMBERI RAHMAT BAGI SELURUH ALAM SEMESTA DENGAN KASIH SAYANG YANG TULUS DAN MURNI, BUKAN DENGAN KEKERASAN…!!!
Oleh karena itu ilmu yang kita pelajari cukup BASMALLAH saja … !!!
Bila panca indera ditutup, jasmani dan dunia sekitarnya jadi tidak tampak lagi, Insan berada dalam kesadaran KOSMIK (SIR), pangrungu jadi rungu, pangambu jadi ambu, paningal jadi tingal, pangucap jadi ucap, pangrasa jadi rasa, usik sajeroning ati, obah sajeroning rasa (semua pembicaraan, semua gerakan berada di dalam qolbu, berada di dalam SIR).
Pada tahap ini AKU (KAMI) berada di dalam Rasa Anha (Rasa Kami, Rasa Kita). Yang menjadi saksi adalah NUUR MUHAMMAD. Lambat laun Nuur Muhammad akan sirna. Rungu, ambu, tingal, ucap dan rasa sudah tidak dirasakan lagi, yang ada hanya Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Ku (Kami).
Yang menjadi saksi adalah NUURULLAH …
Selanjutnya Dzat, Sifat, Af’al, Asma Gulung ( Manunggal ) … ALLAH NAMANYA
Sesuai dengan Hadits : AKU AHMAD TANPA MIM… (AKU AHAD)…
Catatan dari Alm. Bapak Mulhari Cikarang tersebut di atas, adalah merupakan kata-kata sandi bagi mereka akan melakukan latihan dzikir atau bermeditasi.
Dzikir atau Meditasi adalah mengosongkan pikiran sambil mengulang-ngulang nama Tuhan, untuk membersihkan hati dan menjernihkan pikiran.
Kita baru akan mengerti dan memahami kata-kata sandi tersebut manakala pada saat latihan tersebut, kita bisa mencapai tingkatan kekhusuan yang maksimal, kita pernah mencapai titik puncak tahapan meditasi, katakanlah kita mencapai tahap ekstase karena kita pasrah. Pada saat tersebut kita merasakan keheningan alam di sekitar kita, kita merasakan bahwa kita menyatu dengan keheningan tersebut, dada kita terasa plong, lapang, pikiran menjadi tenang. Dari segi ilmu kedokteran, hal ini mungkin karena adanya pengaruh hormon-hormon, terutama hormon endorfin dan melatonin yang bekerja secara optimal.
Bagi pemula pencapaian ekstase tersebut entah terjadi pada hari keberapa, apakah pada hari ke 7 atau setelah hari ke 40, kita tidak mengetahuinya. Puncak ekstase tersebut mungkin terjadi hanya dalam waktu sepersejuta detik, seperti halnya bukaan rana kamera foto yang walaupun terjadi dalam waktu yang sangat singkat namun, permohonan kita sudah terekam, sudah ada dalam “Catatan Allah”.
Bagi para sesepuh yang jam terbangnya sudah tinggi tentu, suasana meditasi atau ekstase bisa dicapai setiap saat dengan mudah, karena sudah terbiasa. Oleh karena itu do’a mereka sangat mudah sekali dikabulkan Allah.
Dengan seringnya kita melakukan permohonan kepada Allah dengan tata cara seperti tersebut di atas, maka rasa percaya diri kita akan bertambah, dengan sendirinya keimanan kita kepada Allah pun akan meningkat tahap demi tahap, sesuai dengan pengalaman bathiniah kita. Tujuan atau niat kita terkabul, keimananpun bertambah.
Dengan demikian, maka kata-kata sandi tersebut di atas akan terpecahkan manakala kita melakukan perjalanan pendakian bertahap mulai dari alam insan, alam ajsam, alam mistal, alam arwah, memasuki tahapan wahidiiyyah, wahdah dan akhirnya tenggelam dalam lautan Ahadiiyyah yang tenang dan tenteram. Musnah ke-aku-annya, tenggelam dalam Tuhannya. Itulah jiwanya shalat menurut JALALUDDIN RUMI. Fana menurut Al Ghazali. Samadi menurut orang Hindu.
Sebagaimana halnya sebutir pasir yang tenggelam dalam perut gunung. Si butir pasir akan berkata : Aku adalah Gunung. Manakala dia kembali, menyadari dirinya sendiri berada diluar gunung, maka dia akan berkata : DIA adalah GUNUNG …. Itulah yang disebut mi’raj …
Alm. Bapak MULHARI pernah juga memberikan wejangan sebagai berikut : Jangan hanya sekedar mencari dan mengenal diri pribadi, tapi carilah NUR NYA ALLAH dan harus benar menempatkannya. Wejangan ini merupakan kelanjutan dari wejangan-wejangan sebelumnya, dimana sebelumnya beliau menjelaskan bahwa :
Sesungguhnya Al Qur’an itu diringkas menjadi Al Fatihah,
Al Fatihah kemudian diringkas menjadi BASMALLAH,
Basmallah kemudian diringkas menjadi lafad ALLAH,
Lafad Allah diringkas menjadi TASYDID di atas huruf LAM AKHIR,
Tasydid (trisula, titik tiga) diringkas menjadi ALIF,
Alif hakikatnya adalah TITIK HURUF BA dalam Basmallah.
Tasydid yang berbentuk seperti trisula atau disebut juga sebagai titik tiga di atas huruf Lam Akhir adalah merupakan simbolisasi Tri Tunggal dari konsep tanuzzulat, mulai dari : Ahadiiyyah, Wahdah dan Wahidiiyyah sebagai penjabaran dari Alif Lam Mim : ALLAH, NUR MUHAMMAD, INSAN (ADAM), atau Allah, Utusan Allah,dan Muhammad ( insan, hamba). Allah, Alam Semesta dan Manusia yang akhirnya akan kembali lagi kepada ALLAH (ALIF) … lautan Ahadiiyyah … yang tenang dan tenteram, yang luas tanpa batas….
Sebagai Alif, apabila ditempatkan dimanapun, baik di depan, di tengah maupun di belakang, dia akan tetap tegak, tetap ajeg, sebagai gambaran keimanan seseorang yang telah mencapai pencerahan jiwa, dia akan tetap konsisten, istiqomah, dia tidak peduli akan kedudukan duniawi. Dia telah menemukan jati dirinya sebagai seorang hamba dengan segala kelemahannya serta tidak memiliki daya apapun kecuali hanya Allah Yang Maha Kuasa atas segalanya. Dia sudah tenggelam dalam Tuhan.
Hakikat atau esensi Alif adalah titik, sebagaimana titik huruf Ba dalam BASMALLAH. Titik ini merupakan titik cahaya pertama ( Nur Muhammad ) setelah Allah dengan Kudrat dan Iradatnya serta melalui sifat kalamnya bersabda : KUN (JADILAH) maka FAYAKUN (JADILAH). Dari satu titik menjadi banyak titik, menjadi alam semesta serta seluruh ciptaan-Nya :
ALAM TARO ILLAA ROBBIKA KAIFA MADDAZHZHILLA : APAKAH KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN TUHAN MEMANJANGKAN BAYANG-BAYANGNYA. (AL FURQON 25 : 36).
Oleh karena itu bila kita ingin mengenal Allah atau ingin mengenal sesama makhluk Allah, mulailah melakukan pendekatan dengan Basmallah, yang essensinya atau hakikatnya adalah Rahman dan Rahim. Kasih Sayang adalah rahasia Allah. Kasih Sayang adalah Allah. Bila kita ingin mengerti dan ingin menghayati makna Basmallah atau rahasia Kasih Sayang Allah, maka pelajarilah Al Fatihah. Bila kita ingin mengetahui dan ingin memahami Al Fatihah, maka pelajarilah serta hayatilah Al Qur’an; minimal mengerti makna terjemahan secara harfiahnya.
Bila kita mengerti makna harfiahnya dari Al Qur’an, maka secara minimal ada 4 pelajaran yang bisa kita peroleh dan kita hayati, yaitu :
1. PERINTAH DAN LARANGAN,
2. RIWAYAT PARA ROSUL,
3. PERINTAH BERFIKIR ATAU BERIJTIHAD
4. JIHAD FI SABILILLAH.
Perintah dan larangan Allah adalah merupakan norma-norma dalam kehidupan atau etika kita bermasyarakat termasuk tata cara kita beribadah kepada Allah, sehingga tercipta suatu peradaban masyarakat yang madani.
Riwayat para Rasul terutama Muhammad SAW adalah merupakan suri tauladan bagi kita semua agar lebih mantap dalam beribadah kepada Allah, bagaimana melaksanakan perintah Allah serta bagaimana menghindarkan larangan-Nya. Kemudian perintah Allah agar kita berfikir, berfikir dan berfikir, agar kita mempunyai keyakinan yang mandiri, agar kita berijtihad, bukan kata orang lain, katanya dan katanya seperti orang buta hanya sekedar mendengar pendapat orang lain, belum pernah merasakan dan membuktikan sendiri. Bila kita mempunyai kayakinan yang mandiri tentang Allah, maka kita bisa melaksanakan jihad fi sabilillah, berjuang di jalan Allah dengan mantap tanpa keraguan sedikitpun. Hakikat dari jihad fi sabilillah adalah KEIKHLASAN… Ternyata keikhlasan ini merupakan penjabaran dari RAHMAN DAN RAHIM dalam kalimah Basmallah yang harus kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi ajaran Al Qur’an itu diawali dan diakhiri dengan Basmallah. Setiap kita hendak melakukan sesuatu awalilah dengan basmallah, dengan kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan yang tulus dengan tujuan untuk memberi rahmat kepada seluruh alam semesta, niscaya Allah pun akan melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita … Bila hablumminanas kita baik maka hablumminallah kita pun akan baik juga…
JADI KITA DIBERI TUGAS SEBAGAI HALIFAH DAN SEBAGAI WALI ALLAH DI MUKA BUMI DIAWALI DENGAN BASMALLAH UNTUK MEMBERI RAHMAT BAGI SELURUH ALAM SEMESTA DENGAN KASIH SAYANG YANG TULUS DAN MURNI, BUKAN DENGAN KEKERASAN…!!!
Oleh karena itu ilmu yang kita pelajari cukup BASMALLAH saja … !!!
Asslamualaikum, YTH Bapak dr. Maman S. Wiriaatmadja, Spog... saya izin men-COPY seluruh postingan bapak, saya sedang dalam belajar tasauf (Tarikat Satariyah), semoga apa yang bapak tulis dan saya copy ini mendapat balasan yang terbaik dari ALLAH SWT, amiin
BalasHapusTerima kasih sebelumnya ya pak...
* Home
* Profil
* Jalan
o Jalan Zahir
o Jalan Bathin
o Nan Sabana Jalan
o Kesudahan Jalan
* Imajinasi
* Ebook
* Download
weather
INSPIRASI
QS.103: Al ´Ashr:1-3 Demi Masa. Sesungguhnya Manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan nasehat-menasehati dalam kebenaran serta nasehat menasehati dalam kesabaran
Waktu terus berlalu Deposit umur kian berkurang Kata nabi SAW, orang yang panjang umur adalah:... yang selalu menghubungkan Silaturahim Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Q.S. [28] Al Qashash:77)
Bang Saidal: Konsistensi Anak Zaman
Bang Saidal: Konsistensi Anak Zaman
My Honey
My Honey
Komunitas Blogger Minang=
Link
* Belajar Servis Komputer
* Surau Kito
* Agustianpiliang
* Upload Dokumen
* Virus Indonesia
* Koversi pdf ke Ms. Word
* Konversi pdf ke Word
* Portal Berita HMI
* HMI News
* Alumni UPI YPTK
* Forum Alumni HMI Minang
* Komunitas Blog Urang Minang
Mari Belajar
Semua Tentang Guru
Semua Tentang ilmu komputer
Indeks Al-Qur'an
Cocokkan Arah Qiblat Anda!!!
Site Meter
Pengunjung
Website Hit Counters
Web Counter
Profil
Profil Facebook Agustian Piliang
Buat Lencana Anda
PiliaSufi. Didukung oleh Blogger.
Rabu, 16 Februari 2011
Makrifatullah
ilaahi antal maksudi waridhoka mathlubi a'thini mahabatkha wa makrifataka.....
"ya Allah hanya Engkaulah yg ku maksud, dan hanya keridhoan Engkau sajalah yg aku cari, berilah aku cinta untuk mengenal-Mu lebih sempurna"